Info&tanya jawab

Minggu, 02 Juni 2019

Harga Turun 40%, Petani Pisang Enggan Bertransaksi

Foto: Thomas Wollor

Harga buah pisang yang turun akhir akhir ini menyebabkan petani enggan melakukan transaksi dengan pembeli. Hal ini terpantau pada Sabtu, (1/6/19) di pasar Waiwadan, kecamatan Adonara Barat. Fenomena ini terjadi karena pembeli tangan kedua dan ketiga sedang menghadapi hari raya.

Pantauan di pasar Waiwadan, harga pisang kepok di hari hari biasa adalah Rp. 5.000 per sisir ukuran besar. Sementara pisang kepok ukuran kecil dipatok Rp 3.300 per sisir. Yang terpantau Sabtu ini, harga per sisir kecil merosot menjadi Rp 2.000 per sisir kecil. Salah seorang petani asal Waitukan, Fatima Surat, tidak mau menjual dan memilih untuk mengkonsumsi sendiri.


Thomas Wollor, warga desa Waitukan mengungkapkan, rata rata setiap hari Sabtu petani Waitenepang di desa Waitukan memasok tiga puluh karung pisang yang setara dengan satu hingga dua ton pisang. Perputaran uang dari transaksi ini mencapai lima puluh hingga seratus juta rupiah per tahun dari usaha tani pisang ini.

"Dari satu desa saja, hasil pisang sudah begitu banyak. Belum dari desa lain," ungkap Thomas yang juga bergiat pada Lopo Seburi Institute ini. Menurut Thomas, pisang kepok yang menjadi favorit pembeli ini tidak mengenal musim.

Thomas mengharapkan agar pemerintah memberikan perhatian lebih atas usaha tani pisang ini. Sejauh ini, menurut Thomas, Pisang dari wilayah Adonara barat dipasarkan hingga ke Waiwerang, Larantuka dan Lewoleba. Dia berharap agar pemerintah bisa mengusahakan perluasan jangkauan pasar agar ekonomi petani bisa menggeliat.

Data Flores Timur Dalam Angka pada tahun 2015 menyebut kecamatan Adonara Barat memproduksi buah pisang sebanyak seribu ton. Sebagian besar dari produksi ini dijual. Sampel pengepul di desa Waitukan menyebut jumlah produksi dari tiga desa mencapai lima puluh hingga seratus ton per tahun. (Teks: Thomas, Edit: Simpet).
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar